Minggu, 03 April 2011

Mengandalkan Biaya Kuliah dari Mengayuh Becak

Mendiknas M Nuh saat mengunjungi tempat kediaman salah satu peserta Bidik Misi di Purwokerto, Jateng
Mendiknas M. Nuh saat mengunjungi tempat kediaman salah satu peserta Bidik Misi di Purwokerto, Jateng

PURWOKERTO - Beban berat yang harus dipikul oleh Kuswanto (54), warga Jalan Kebon Kapol, Kelurahan Bancar Kembar, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dalam membiayai putri sulungnya yang tengah mengenyam pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), tampaknya semakin ringan.


          
Padahal sebelumnya, untuk mencukupi kebutuhan makan keluarganya saja yang beranggotakan empat orang, Kuswanto harus mengayuh becak hingga puluhan kilometer hanya untuk mendapatkan uang tidak lebih dari Rp10 ribu. Jumlah itu pun harus diperolehnya selama empat hari. “Jangankan untuk membiayai kuliah anak saya, untuk mencukupi makannya saja sangat terasa berat. Bahkan saya sering tidak mendapatkan uang setelah bekerja seharian sebagai tukang becak,” tutur Kuswanto.
          
Kini Kuswanto dan isterinya, Titi Yulianti (42), tidak lagi harus memikirkan biaya kuliah putri sulungnya yakni Tita Diah Lestari (19). Sebab Tita yang kini duduk di semester dua dengan raihan indeks prestasi lebih dari 3 ini telah mendapatkan tanggungan biaya pendidikan melalui program beasiswa Bidik Misi. Uang sebesar Rp6 juta yang diperoleh Tita dari program tersebut telah mampu menutupi seluruh kebutuhan biaya kuliahnya.
          
“Bidik Misi ini benar-benar membantu saya dan keluarga. Paling tidak saya kini hanya memikirkan biaya sekolah kedua adik Tita yang masih duduk di bangku SD dan SMP. Diharapkan dengan adanya beasiswa ini, putri saya semakin  giat mengikuti perkuliahan sehingga suatu hari nanti menjadi orang yang sukses,” ungkap Kuswanto.
          
Sementara itu Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohamad Nuh yang berkesempatan menyambangi tempat kediaman Kuswanto, memastikan program Bidik Misi akan terus bergulir membantu para mahasiswa yang berasal dari keluarga tidak mampu secara ekonomi. Diharapkan melalui program ini, jumlah persentase warga tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi semakin bertambah.
          
“Latar belakang program ini sangat sederhana, hasil penelitian yang dilakukan pada 2003-2010 lalu, menunjukkan data yang sangat memprihatinkan. Pada tahun 2003 jumlah mahasiswa yang berasal dari keluarga tidak mampu hanya sebesar 0,98 persen, artinya hampir 99 persen mahasiswa di Indonesia berasal dari keluarga mampu. Tahun 2008 jumlahnya bertambah menjadi sekira 3 persen dan terakhir tahun 2009 angka ini menjadi 6 persen. Diharapkan melalui Bidik Misi jumlah warga tidak mampu yang melanjutkan kuliah semakin tinggi,” tegasnya.

sumber : http://kampus.okezone.com/read/2011/04/03/373/441843/mengandalkan-biaya-kuliah-dari-mengayuh-becak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar